Jiiiaaaaaaah.....Tugas kuliah yang saia posting kali ini adalah Tugas Tekom Individu part 2..
Jdi ceritany begindang sodara2i : Setiap mahasiswa d kls saia disuruh presentasi dihadapan kelompokny mengenai tema yg sudah d pilih oleh msg2 kelompok..
Berhubung tema kelompok mata kuliah Tekom saia adalah Wisata Budaya maka saia terinspirasi (cieeilaah..) untuk memperkenalkan salah satu wisata budaya andalan d kota saia yaitu Floating Market ato biasa sii nma bekenny Pasar Terapung getoooh..Hha
Mngkin ad bbrp d antara visitor blog saia yg sma skali tdk tahu-menahu mengenai Pasar Terapung ini (OMG..Ceepeee deeee..ke laut aje nohh)..Wkwkwk
Mkany kalo sodara2i sekalian gag ingin d blg mahasiswa minim informasi n pengen tau lbh lanjut silakan d intip artikel saia berikut ini..Hehe:D
........................................................................................................................................................................
LOK BAINTAN, PEWARIS BUDAYA SUNGAI TERMEGAH DI KALSEL
 |
Pasar Terapung Lok Baintan, Kalimantan Selatan |
Kebanyakkan orang mendengar kata pasar merupakan hal yang biasa dan umum apalagi bagi ibu-ibu tentunya hal tersebut bukan hal yang asing lagi. Pasar dapat kita artikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli. Di pasar intinya ada transaksi jual beli antara pedagang dengan pembeli. Disini adanya kesepakatan harga antara kedua belah pihak. Pasar biasanya berada di atas lahan tanah dan biasanya lokasi di tentukan oleh pemerintah daerah. Namun, pernahkah terpikirkan dalam benak anda bahwa ada pasar yang berada di atas permukaan air yang luas. Hal tersebut benar-benar ada tepatnya di Kalimantan Selatan, Banjarmasin pada Sungai Barito di Muara Sungai Kuin. Pasar yang satu ini benar-benar berada di atas air sehingga dinamakan Pasar Terapung. Para pedagang dan pembeli melakukan transaksi menggunakan jukung (perahu kecil) dalam bertransaksinya. Segala macam kebutuhan ada di sini, sama seperti pada pasar umumnya. Komoditi mulai dari ikan, sayur mayor, buah-buahan, aneka macam kue, soto, nasi kuning, rawon, dan masih banyak lagi komoditi yang lainnya.Obyek wisata ini sering dianggap sebagai daya tarik yang fantastik, Banjarmasin bagaikan Venesia di Timur Dunia, karena keduanya memiliki potensi wisata sungai. Namun kedua kota berbeda alam dan latar belakang budayanya. Di Banjarmasin masih banyak ditemui di sepanjang sungai rumah-rumah terapung yang disebut rumah lanting.
Daerah Kuin merupakan tipe permukiman yang berada di sepanjang aliran sungai (waterfront village) yang memiliki beberapa daya tarik pariwisata, baik berupa wisata alam, wisata budaya maupun wisata budaya. Kehidupan masyarakatnya erat dengan kehidupan sungai seperti pasar terapung, perkampungan tepian sungai dengan arsitektur tradisionalnya.
Hilir mudiknya aneka perahu tradisional dengan beraneka muatan merupakan atraksi yang menarik bagi wisatawan, bahkan diharapkan dapat dikembangkan menjadi desa wisata sehingga dapat menjadi pembentuk citra dalam promosi kepariwisataan Kalimantan Selatan. Masih di kawasan yang sama wisatawan dapat pula mengunjungi Masjid Sultan Suriansyah dan Komplek Makam Sultan Suriansyah, pulau Kembang, pulau Kaget dan pulau Bakut. Di Kuin juga terdapat kerajinan ukiran untuk ornamen rumah Banjar.
Selain berbelanja sekaligus berwisata ke Pasar Terapung di Muara Sungai Kuin, cobalah menaiki jukung yang menghulu Sungai Martapura ke arah timur. Sekitar lima kilometer dari Banjarmasin, tradisi berjualan di sungai masih terjaga di Desa Lok Baintan. Mulai matahari terbit sampai sekitar pukul 10.00 Wita, di tengah Sungai Martapura, puluhan jukung melakukan transaksi. Pembeli maupun penjual sama-sama menaiki jukung..
Unik, hanya satu kata yang dapat terlukiskan jika anda menyaksikan pemandangan di Desa Lok Baintan ini. Di kala semua orang moderen bermimpi naik mobil mewah dan Jakarta sibuk membuat busway, Lok Baintan tetap tenang dan tetap yakin memakai jukung sebagai “mobnas” mereka dengan Sungai Martapura sebagai jalan tol.
Pasar Terapung Lok Baintan ini, boleh jadi merupakan pasar terapung terbesar di Kalimantan Selatan dan tentu saja di dunia sebab di dunia hanya ada di sini yang alami. Pasar terapung di Lok Baintan memang sangat unik. Mereka tidak hanya menunggu di suatu tempat untuk bertransaksi, melainkan bergerak mengikuti aliran arus. Masyarakat setempat menyebutnya pasar balarut (berlarut). Jika ada yang membutuhkan barang dagangannya, pembeli dengan jukungnya akan menghampirinya sambil berlarut bersama arus sungai.
Pukul 08.30 pasar terapung yang hanyut terbawa arus sejauh satu kilometer sampai di bawah jembatan gantung. Masih ada satu kilometer lagi untuk bisa melihat pasar hanyut dari atas jembatan. Dari atas jembatan itulah keajaiban, kemegahan, dan keindahan budaya sungai terlihat dan bisa dirasakan. Ratusan, bahkan pada musim tertentu mencapai ribuan jukung terlihat berjejal menutupi sebagian ruas Sungai Martapura. Sungguh keunikannya tak tertanding, eksotikanya pun demikian.
Suasana yang ramai, unik dan khas tersebut dapat menjadikan pemandangan yang sungguh mengasyikkan bagi yang pertama kali menyaksikan hal tersebut. Tidak jarang banyak pengunjung dari luar Kalimantan yang datang kesana untuk melihat dan menyaksikan pemandangan tersebut yang unik sekaligus langka. Mungkin hanya satu-satunya pasar terapung yang ada di Indonesia yang melakukan jual belinya di atas jukung-jukung yang saling merapat satu sama lainnya untuk menjaring pembelinya sebanyak mungkin.
 |
Tanggui, Topi Khas Kalimantan Selatan |
Eksotika lainnya adalah semua petani dan pedagangnya memakai tanggui. Tanggui adalah topi besar dari daun rumbia khas Kalimantan Selatan. Bukan itu saja, keramahan dan keakraban para petani dan pedagang yang semuanya dominan perempuan itu menambah pesona yang hadir di situ. Dan, melihat aneka sayur-mayur yang hijau dan segar, seakan menghadirkan kesegaran jiwa bagi anda yang saban hari dijejali oleh kepenatan dan kejenuhan dunia kerja. Benar-benar eksotik. Banyak pedagang di pasar terapung Kuin yang berasal dari daerah lain, sedangkan di Lok Baintan ini “pesertanya” hanya berasal dari daerah sekitar yang benar-benar merupakan komunitas masyarakat sungai. Tradisionalisme dan terjaganya alam sekitar Lok Baintan benar-benar menjadi kekuatan pamor pasar terapung.Lok Baintan dari Banjarmasin bisa diakses dengan dua cara, yaitu dari darat atau melalui sungai dengan menyewa kelotok. Jalan darat ditempuh dari Kota Banjarmasin ke Pasar Subuh Sungai Lulut, Kecamatan Sungai Tabuk, sekitar 10 kilometer dari Banjarmasin. Kemudian dari pasar Sungai Lulut menerabas jalan tanah selebar dua meter yang masih darurat dan becek sekitar lima kilometer menuju Lok Baintan.
Jika melalui sungai, sesampainya di Pasar Sungai Lulut, kendaraan diparkir dan kemudian menyewa kelotok menuju Lok Baintan. Lama perjalanan sekitar 45 menit. Tarif normal kelotok ke Lok Baintan bervariasi dulu sekitar Rp 30.000, sekarang sudah sekitar ratusan ribu dan jika sewa penuh setengah hari sekitar Rp200.000. Hanya saja, sulit mendapatkan kelotok pada pagi hari karena memang tidak ada jalur reguler menuju Lok Baintan.
Tidak adanya akses jalan darat yang memadai memang membuat antusiasme wisatawan rombongan menuju Lok Baintan berkurang. Oleh karena itu, untuk memudahkan akses ke objek wisata sungai Kabupaten Banjar tersebut, pihak Pemkab setempat akan membangunkan jalan darat hingga sampai ke lokasi objek wisata itu.
Dengan adanya jalan darat itu maka diharapkan akan memudahkan pengunjung baik dari kota Banjarmasin ibukota propinsi, maupun dari Martapura ibukota kabupaten setempat untuk mengunjunginya, sebab selama ini untuk menuju ke arah objek ini hanya bisa dilewati melalui jalur sungai saja.
Tradisi pasar terapung memang tradisi air. Tradisi ini hanya akan terjaga manakala airlah yang menjadi sarana transportasi utama. Di Lok Baintan, belum ada jalan darat yang layak untuk menuju tempat lain. Akhirnya, semua rumah di sana memang menghadap ke sungai.
Toko-toko di Lok Baintan pun menghadap ke sungai yang menyebabkan pembeli harus mengayuh jukung untuk mengunjunginya. Sebuah tradisi yang indah dan memancarkan harmoni dengan alam.
Jika ingin melihat pameran jukung terbesar, pameran rumah terapung, atau pameran budaya Banjar sesungguhnya, tengoklah Lok Baintan. “Pameran rakyat” yang menceritakan asal muasal peradaban di Kota Seribu Sungai. Keunikan Lok Baintan yang merupakan refleksi dari budaya sungai yang kental pada aktivitas masyarakat Kalsel menunjukkan bahwa Sungai Martapura dengan kekayaan sumber daya budaya dan sumber daya alam kini telah menciptakan sebuah peradaban yang berbeda dengan kota.