Selasa, 04 Oktober 2011

PENGANTAR TEORI LOKASI



A.   Definisi

(Tarigan, 2006:77) : Ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial serta hubungan-nya dengan atau pengaruh-nya terhadap keberadaan berbagai macam usaha / kegiatan lain, baik ekonomi maupun social.
Teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis pengaruh jarak terhadap intensitas orang dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang memiliki daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut.
Hal tersebut terkait dengan besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat tersebut. Salah satu faktor yang menentukan suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas atau tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006:78). Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. (Tarigan, 2006:78). Dalam analisis kota yang telah ada atau rencana kota, dikenal standar lokasi (standard for location requirement) atau standar jarak (Jayadinata, 1999:160)

B.   Konsep Teori Lokasi
Berikut ini adalah beberapa Teori Lokasi yang dikemukakan para ahli, diantaranya :

Teori Lokasi dari August Losch
August Losch melihat persoalan dari sisi permintaan (pasar) berbeda dengan Weber yang melihat persoalan dari sisi penawaran (produksi), Losch engatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual tersebut semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar.

Von Thunen (1986)
Perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari tempat produksi kepasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada disuatu daerah. Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal dipusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuannya untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan makan makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat kepusat pasar, begitu pula sebaliknya.

Weber (1909)
Menurut teori Weber, pemilihan lokasi industry didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan maksimum. Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau Locational Triangle untuk menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku untuk memperoleh lokasi optimum. Sedangkan biaya tenaga kerja sebagi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi lokasi dijelaskan Weber dengan menggunakan kurva tertutup (Closed Curve)

Teori Christaller (1933)
Teori ini menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller ini merupakan suatu system geometri, dimana angka 3 yang diterapkan secara arbiter memiliki peran yang sangat berarti dan model ini disebut system K=3. Model Christaller menjelaskan model area perdagangan heksagonal dengan menggunakan jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi yang dinamakan range dan threshold.

D.M Smith
Teori lokasi memaksimumkan laba dengan menjelaskan konsep average cost (biaya rata-rata) dan average revenue (penerimaan rata-rata) yang terkait dengan lokasi. Dengan asumsi jumlah produksi adalah sama maka dapat dibuat kurva biaya rata-rata (per unit produksi) yang bervariasi dengan lokasi. Selisih antar average revenue dikurangi average cost adalah tertinggi maka itulah lokasi yang memberikan keuntungan maksimal.

Sumber :
http://indrajayaadriand.wordpress.com/2008/04/04/tugas-3-bu-bitta-teori-lokasi-dan-pola-ruang/. 2008. “Teori Lokasi dan Pola Ruang”. Diakses 7 September 2011.
                                                                                             

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites